"The New-Normal" Itu Mulai Dilakukan (Opini)
By Admin
Oleh: Swary Utami Dewi
Anggota Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial (TP2PS)
30 April 2020,
Gelombang 1, angkatan 1 dan 2, e-learning pendampingan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), kerjasama BP2SDM dan Ditjen PSKL berakhir 30 April 2020. Selama empat hari, 27-30 April 2020, pelatihan jarak jauh ini diikuti total 480 orang pendamping dan petani Perhutanan Sosial dari berbagai tempat di Indonesia.
Pada pagi 30 April 2020, saya menggawangi sesi "Pengelolaan Pengetahuan" di Pusdiklat Jakarta. Sebelumnya, Selasa 28 April 2020, saya menjadi tutor bertemakan "Pendampingan Tahap Awal" di BDLHK Makassar.
Selama empat hari ini saya terkesan dan senang melihat semangat belajar para pendamping dan petani yang luar biasa. Peserta, seperti halnya para tutor, belajar melakukan pertemuan belajar jarak jauh menggunakan teknologi digital. Banyak kesan lucu yang timbul saat ada yang bingung menggunakan zoom, bagaimana mematikan suara, menghidupkan layar dan sebagainya. Teriakan gembira dan takjub muncul saat dilakukan gladi resik oleh Balai Latihan Makassar pada Minggu, 26 April 2020. Peserta kaget dan kagum bisa melakukan pertemuan jarak jauh dan saling menyapa rekan-rekannya untuk menuangkan rasa rindu karena sudah beberapa saat tidak bertemu.
"The new-normal" pun dialami peserta selama 4 hari ini. "The new" karena rata-rata baru melakukan belajar dengan menggunakan teknologi digital untuk belajar jarak jauh. "Normal" karena sesudah satu dua hari, peserta lancar menggunakannya, meski sesekali mengalami gangguan sinyal bagi mereka yang berada cukup jauh di suatu desa. Sesekali terdengar teguran seorang peserta kepada temannya yang lupa menggunakan mode "mute" saat tutor memberikan materi dan mengakibatkan latar suara yang cukup mengganggu bagi yang lain.
Ringkasnya, selama empat hari e-learning LHK, proses belajar dengan materi padat dan serius sebanyak delapan sesi, bisa dijalani dengan baik dan semangat oleh kebanyakan peserta. Bahkan kesan santai dan menikmati juga muncul. Ada misalnya seorang penyuluh perempuan dari Sulawesi Tengah yang ikut tutorial sambil memasak. Ada pula peserta yang mendengarkan materi sambil berkendaraan karena saat itu musti beraktivitas lain. Tingkah laku dan celetukan peserta dalam logat daerah masing-masing membuat suasana menjadi makin meriah dan akrab.
Sore dan malamnya, peserta disibukkan dengan PR dan modul untuk dibaca. Sebelumnya, dari pagi sampai siang, sehabis sesi, selalu ada semacam kuis singkat. Selanjutnya peserta juga membuat Rencana Tindak Lanjut yang bisa diterapkan di lokasinya masing-masing sesudah pelatihan ini selesai.
Meski kadang diselingi hambatan jaringan, secara keseluruhan pelatihan gelombang 1 ini saya nilai berhasil. Keseluruhan proses umumnya bisa berjalan lancar. Kerjasama dari penanggung jawab, tutor, admin dan staf lainnya juga berjalan dengan baik. Karenanya tidak diragukan bahwa untuk gelombang-gelombang berikutnya, e-learning ini juga akan terlaksana dengan baik sampai Juni nanti. Dan, harapannya sampai selesai akan dilatih total 3.000 peserta. Suatu jumlah yang tentunya cukup signifikan.
Akhirnya, saya sampaikan rasa salut buat Kementerian LHK, yang dalam masa pandemi Covid19 mampu melakukan perubahan adaptif dan menghadirkan pengenalan "the new-normal" terhadap petani dan pendamping. Ilmu pendampingan mereka diperkuat, pengayaan penggunaan digital juga terjadi. Maka tidak sabar rasanya saya menanti kejutan memyenangkan pada e-learning berikutnya.
-------